Cerita Pemuda di Pekalongan Sulit Kerja Gegara Ijazah Ditahan Sekolah

Cerita Pemuda di Pekalongan Sulit Kerja Gegara Ijazah Ditahan Sekolah
Dugaan kasus penahanan ijazah sekolah terjadi di Kota Pekalongan. Seorang lulusan sebuah sekolah keagamaan yang cukup terkenal mengaku ijazahnya ditahan sekolah sejak 2021 gegara belum melunasi tunggakan SPP

PANTURA24.COM, KOTA PEKALONGAN – Kasus ijazah ditahan lalu dimintai uang tebusan tidak hanya terjadi di Kota Surabaya saja, sebuah sekolah keagamaan di Kota Pekalongan diduga melakukan hal yang sama. Salah satu lulusan di sekolah tersebut mengaku ijazahnya ditahan sejak 2021.

“Jadi kalau saya mau mengambil ijazah ya harus melunasi dulu seluruh tunggakan,” ungkap DA (21) kepada pantura24.com, Kamis 17 April 2025.

Ia menyebut pihak sekolah juga menerapkan syarat pembayaran uang yang jumlahnya bisa mencapai separuh dari nilai tunggakan bila mau meminta salinan ijazah untuk keperluan melamar kerja maupun meneruskan pendidikan.

DA mengaku sempat memohon kepada pihak sekolah untuk diberikan keringanan namun tetap diharuskan melunasi tunggakan SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) yang mencapai lebih dari Rp 4 juta. Meski demikian dirinya pada saat itu tetap bisa ikut ujian.

“Saat itu orang tua hadir di acara kelulusan akan tetapi tidak diberikan ijazah karena SPP belum lunas. Pada waktu itu SPP Rp 420 ribu per bulan,” ujarnya.

DA meyakini tidak hanya dirinya seorang yang mengalami dugaan penahanan ijazah karena pada saat kelulusan di 2021 banyak dari teman sekelas maupun lain kelas bahkan alumni di atasnya juga mengalami hal yang serupa.

Ia mengatakan setelah gagal menerima Ijazah, dirinya terpaksa menganggur dua tahun lantaran kesulitan mencari pekerjaan. Beruntung setelah itu ada seorang teman mau menerimanya sebagai karyawan tanpa menyertakan syarat ijazah.

“Saya waktu itu sempat putus asa, mau pakai ijazah SMP tapi tidak ada lowongan dan keluarga juga pasrah karena ayah hanya juru parkir belum mampu menebus ijazah. Akhirnya diajak teman jadi admin di bisnis online,” katanya.

DA membeberkan alasan mengapa tertarik masuk di sekolah yang dimaksud tak lain karena terlanjur tergiur janji bisa langsung kerja kalau sudah lulus. Pihak sekolah banyak bekerja sama dengan perusahaan terkenal bahkan bisa bekerja di luar negeri.

“Tahu mau begini saya nyesel mengapa dulu tidak sekolah negeri saja. Saya coba ikut seleksi kerja melalui sekolah juga tidak bisa karena syaratnya tetap harus punya ijazah,” tukasnya.

Ia pun menuturkan asal muasal orang tuanya kesulitan membayar SPP karena selain harus menanggung biaya sekolah dirinya juga ada adiknya yang juga butuh biaya sekolah. Kemudian pada saat itu juga pekerjaan menjadi juru parkir sedang sepi akibat Pandemi Covid-19.

“Saya kurang lebih dua tahun lamanya harus belajar di rumah. Orang tua bingung mau bayar SPP pendapatan kurang, kalau tidak dibayar sudah terlanjur lama saya tidak berangkat sekolah akhirnya hanya bisa pasrah,” urainya.

Meski demikian suatu saat dirinya berjanji akan menebus ijazah karena baginya sangat penting bila ke depan diperlukan. Namun untuk saat ini ada kebutuhan yang lebih penting, yakni membantu ekonomi keluarga.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *