PANTURA24.COM, KOTA PEKALONGAN – Lopis sudah menjadi kuliner khas Nusantara dan mudah ditemukan di beberapa daerah di Indonesia seperti Lopis Betawi, Lumajang, Kota Pekalongan dan banyak jenis lopis lainnya. Makanan berbahan dasar beras ketan tersebut populer sejak ratusan tahun yang lalu.
Menurut pedagang lopis eceran di Jalan Agus Salim, Kota Pekalongan, Muhammad Ulum (24) proses pembuatan lopis cukup ribet dan menyita waktu serta butuh kerja tim untuk menyelesaikannya.
“Mengukusnya saja butuh waktu 18-20 jam, belum lagi bagian tersulit itu menakar beras ketan dalam cetakan dengan isian yang pas,” ujarnya, Jum’at (29/3/2024).
Ia mengatakan jam terbang atau pengalaman sangat menentukan hasil akhir dari lopis yang dibuat. Bila takaran tidak pas seperti terlalu sedikit maka lopis akan lembek dan bila terlalu banyak maka akan keras hasilnya.
Jadi, lanjut dia, isian beras ketan ke dalam gulungan daun pisang itu benar-benar harus diperhatikan takarannya. Biasanya hasil yang bagus itu kenyal, lengket dan legit serta lopis terlihat pecah bungkusnya.
“Untuk itu butuh panas api dengan suhu tinggi agar matang secara merata atau tanak. Maka kayu bakar lebih cocok untuk mengukus lopis dibanding kompor gas,” jelasnya.
Adapun cara menikmati lopis bisa langsung dimakan selagi masih hangat atau diberikan toping parutan kelapa dan kincau atau gula jawa cair sebagai sausnya. Sedagkan kualitas bahan baku beras ketan juga turut mempengaruhi hasil.
“Beras ketan sekarang mahal, mencapai Rp 25 ribu per kilo dengan kualitas yang baik. Ada yang lebih murah per kilo Rp 20 ribu, hasil lopis akan berbeda bergantung kualitas beras ketan yang dipakai,” paparnya.(*)