Para pakar mulai menyarankan kubu Prabowo-Gibran melakukan rekonsilisiasi nasional demi kelanjutan pertumbuhan ekonomi, Minggu (18/2).
PANTURA24.COM, Jakarta – Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah membeberkan pengalaman hasil hitung cepat atau quick count dan real count KPU tidak akan jauh berbeda. Sebab itu ia mendorong semua kandidat Pilpres 2024 menerima hasil dengan lapang dada dan segera melakukan rekonsiliasi nasional agar ekonomi kembali tumbuh positif.
“Rekonsiliasi itu paling baik, tetapi kan kalau rekonsiliasi itu dengan asumsi semua pihak sudah menerima hasil pemilu,” kata Piter seperti dikutip, Minggu (18/02/2024).
Ia menilai bahwa ekonomi dan aktivitas bisnis masih akan tetap terhambat meski pilpres selesai sekali putaran. Pasalnya, masih ada pihak yang belum mau menerima hasil pemilu.
“Rekonsiliasi itu akan terjadi ketika semua pihak semua menerima dulu hasil pemilu, tetapi kalau hasil pemilunya saja belum diterima bagaimana mau melakukan rekonsiliasi,” jelasnya.
Piter pun mengimbau pihak yang belum menerima dengan dalih banyak kecurangan untuk melapor ke Bawaslu atau Mahkamah Konstitusi (MK) dengan membawa bukti kuat. Pihaknya meminta semua menghormati upaya pembuktian itu karena Indonesia negara hukum.
Dan kalaupun ada pelanggaran pemilu maka harus ada tindak lanjut sesuai ketentuan Undang Undang. Jadi seandainya ada pelanggaran harus ditindaklanjuti secara proporsional agar pihak yang dirugikan bisa menerima. Kalau diabaikan tentunya akan memunculkan kekecewaan.
Ia menyarankan semua paslon bersiap menerima apapun yang terjadi. Misal setelah dilakukan pemeriksaan dan diputuskan oleh yang berwenang ternyata tidak terbukti, harus lapang dada. Sebab, bila masih tak menerima dan kecewa, akan berimbas ke hal yang tidak baik bagi pembangunan dan perekonomian Indonesia.
“Nah kekecewaan ini bisa berujung pada hal yang tidak kondusif nantinya. Harus selesai dulu jangan sampai ada pihak yang tidak bisa menerima hasil pemilu ini sehingga pemilu yang dibiayai begitu besar menjadi tidak legitimate,” urainya.
Piter mengatakan bila para elit partai, paslon serta para pendukung masih bersikeras tidak mau menerima kekalahan maka kondisi politik menjadi tidak kondusif. Namun yang bakal lebih terpengaruh adalah perekonomian.
Menurut dia, sikap kurang dewasa yang ditunjukkan paslon dan pendukungnya di pemilu membuat investor masih menunggu untuk melakukan aktivitas bisnisnya, sehingga roda ekonomi diperkirakan masih lambat berputar.
“Investor atau para pelaku usaha masih wait and see, kalau seandainya temuan terkait pelanggaran pemilu makin banyak dan kemudian menyebabkan terjadi gugatan yang berkepanjangan atau bahkan muncul kondisi tidak kondusif seperti demo penolakan hasil pemilu mungkin bisa terjadi,” paparnya. (*)