Pantura24.com, Pekalongan – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap produksi padi nasional menurun dari semula 34 juta ton menjadi 30 juta pada 2023. Ia menyebut produksi turun lantaran ada dampak El Nino sehingga harus impor beras.
“Kita harus kembalikan produksi ini, kemudian kita keliling setelah 40 hari menjabat,” kata Amran saat membacakan laporan kepada Presiden Jokowi di Alun-alun Kajen, Rabu (13/12/2023).
Amran mengaku sudah berkeliling ke berbagai daerah setelah 40 hari menjabat sebagai Menteri Pertanian. Total ada 10 provinsi yang sudah didatangi termasuk Jawa Tengah.
Pihaknya banyak berdiskusi kepada petani tentang permasalahan yang kerap dihadapi oleh petani. Pengakuan petani yang pertama kesulitan mendapatkan pupuk, yang kedua tanam dua kali terima jatah pupuknya hanya sekali.
“Yang ketiga, tenang, ini PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) yang jadi Menteri Pertanian. Seizin beliau (Presiden) begitu dilantik langsung bisa mewakili PPL se-Indonesia,” kata Amran percaya diri.
Ia menyebut sudah bertemu dengan 50 ribu penyuluh serta 70 ribu Babinsa dan hasilnya langsung diketahui keluhannya pada saat itu juga. Setelah itu segala macam bibit yang dibutuhkan langsung dipenuhi, terakhir kalau bisa BOP (Biaya Operasional Penyuluh) yang sudah delapan tahun juga akan dinaikan.
Amran mengaku melakukan itu atas perintah langsung presiden. Kita sudah laporkan dan bisa dipastikan presiden akan berikan ke rakyat keci, untuk petani di Indonesia dan sudah diterimakan.
“Bapak Babinsa, tunggu Januari dulu. Mestinya dua Minggu, Pak Panglima. Insyaallah nanti beliau yang sampaikan, terima kasih Bapak Presiden,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut Mentan Amran menyinggung peringkat Jawa Tengah yang menurun dari semula nomor dua penghasil beras nomor dua terbesar di Indnesia menjadi peringakat tiga, disalib Provinsi Jawa Barat.
“Pak Kadis, Pak Gubernur, ini Jateng peringkatnya menurun. Ini lumbung pangan nasional, selalu nomor dua. Kok tiba-tiba turun diambil alih oleh Jawa barat yang sekarang peringkat dua,” singgung Amran.
Amran pun menawarkan sejumlah bantuan yang diperlukan untuk peningkatan hasil pertanian seperti mesin pertanian, bibit dan regulasi pupuk. Pihaknya sudah menandatangani Permentan nomor 10 yang hasilnya KTP bisa dijadikan sebagai syarat pembelian pupuk.
“Izin Bapak Presiden, dulu swasembada tiga kali, 2017, 2019, 2020. Yang kerja juga kita-kita, Ini hanya anjlok sedikit karena El Nino. Kami yakin ke depan produksi meningkat dan swasembada kita rebut dalam waktu yang singkat,” lapornya ke presiden.
Sebelum mengakhiri laporannya, Amran juga menyinggung Food Estate yang banyak menjadi perdebatan. Ia mengatakan bahwa Food Estate itu tidak perlu diperdebatkan namun dikerjalan. Hal itulah yang pihaknya kerjakan selama 40 hari menjabat menteri, hasilnya tanaman jagung sudah tumbuh 2,5 meter.
“Ini diperdebatkan tiga tahun, kami bekerja 40 hari jagungnya sudah tumbuh. Insyaallah satu bulan lagi sudah panen. Pertanian ini bukan mau diperdebatkan, mau dikerjakan. Memang ada pemimpin senang berdebat. Tapi Bapak Presiden senang memberi solusi, senang memberi bantuan. Terimakasih,” tutup Amran mengakhiri laporannya. (*)