Pantura24.com, Jakarta – Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengungkap data survei terakhir pasangan bacapres dan bacawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka disebut menang satu putaran dalam Pilpres 2024.
Qodari menyebut ada tiga faktor utama yang menyebabkan pasangan Prabowo – Gibran dapat mengungguli kedua pesaingnya hanya dengan satu kali langkah.
Faktor pertama ada tiga keunggulan individu di diri Prabowo dibanding capres lain, yaitu dari sudut pengenalan, tingkat ketertarikan dan alasan terkuat masyarakat memilih Prabowo.
Diketahui tingkat pengenalan Prabowo tertinggi sebesar 98,4 persen, Ganjar Pranowo 94 persen dan Anies Baswedan 92 persen. Kemudian tingkat kesukaan terhadap Prabowo ada di 75,7 persen, Ganjar 69,4 persen dan Anies Baswedan 65,1 persen.
“Meski belum kampanye, kita sudah ada data yang bisa dipakai untuk proyeksi arah suara ke depan. Data itu ada di keunggulan Prabowo lewat tingginya angka pengenalan dan kesukaan pada beliau dibanding dua kandidat lainnya,” ungkap Qodari, Minggu (12/11/2023).
Keunggulan kedua, hasil evaluasi sejumlah aspek kepribadian dan kemampuan yang ada pada diri Prabowo jauh lebih dominan menang dibanding Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan sekalipun.
Lalu evaluasi terhadap faktor kepribadian dan kemampuan menjadi salah satu variabel yang menentukan pilihan orang. Pihaknya memakai variabel itu bukan hanya di pilpres tetapi juga di survei pilkada. Dan hal tersebut menjadi faktor prediktor atau faktor penjelas yang kuat atau yang baik.
Kemudian keunggulan ketiga, Prabowo secara individu dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani, hal itu sesuai dengan alasan masyarakat menginginkan presiden tegas dan berani dengan skor tertinggi sebesar 25%.
“Kita lihat di 2024 ini alasan yang paling banyak di pilih masyarakat Indonesia adalah tegas dan berani. Skornya 25 persen. Begitu di breakdown itu kan yang dominan atau identik adalah Pak Prabowo, baru kemudian merakyat angkanya 16% yang konotasinya ke Ganjar,” jelas Qidari.
Ia melanjutkan pada Pilpres 2024 terdapat tren baru soal preferensi pemilih yang berbeda dengan Pilpres 2014 dan 2019, di mana saat itu masyarakat lebih dominan mendukung capres yang merakyat. Saat ini, di Pilpres 2024 masyarakat lebih menyukai capres yang tegas dan berani.
“Saya belajar dari Pilpres 2014-2019. Saat itu yang paling dominan aspek atau alasan orang memilih adalah merakyat dan tegas. Merakyat itu identiknya Pak Jokowi dan tegas itu identik dengan Pak Prabowo. Jadi tegas dari dulu tidak bergeser dari Pak Prabowo,” beber Qodari.
Dijelaskan pula bahwa alasan kenapa Pak Jokowi menang 2014-2019 karena yang menghendaki presiden merakyat itu lebih banyak daripada yang menghendaki presiden tegas. Sekarang ini kan ada tren baru pembalikan di mana justru mayoritas ingin pemimpin yang tegas.
“Jadi ketiga variabel itu membuat Pak Prabowo menjadi jauh lebih unggul dibanding kedua capres lain,” tukasnya.
Faktor kedua, lanjut Qodari, elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran dari berbagai hasil survei juga mengalami tren yang terus melambung meninggalkan jarak yang terpaut jauh dari dua kandidat capres lain.
Prediksi mengapa ada potensi satu putaran dalam Pilpres 2024 salah satunya meski belum masuk waktu kampanye ternyata dengan cepat pasangan Prabowo Gibran ini melesat jauh meninggalkan Ganjar – Mahfud dan Anies – Muhaimin.
“Kita mencermati tren survei di Oktober lalu kemudian survei November terdapat selisih di survei Indo Barometer akhir Oktober sekitar 8 persen. Sementara survei belakangan di November 2023 seperti Populi itu selisihnya kan sudah 20 persen. Jadi ada tren melebar,” papar Qodari.