PANTURA24.COM, TEGAL – Karesidenan Pekalongan menjadi wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa Tengah. Meski masih di bawah rata-rata nasional yang sebesar 5.03 persen year on year (yoy), namun khusus untuk Kabupaten Batang berada di atas nasional atau sebesar 6,06 persen. Sedangkan Jawa Tengah 4,95 persen yoy.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang yang melampaui rata-rata nasional ditopang oleh akselerasi investasi serta beroperasinya sejumlah tenant di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) yang berdampak pada berbagai sektor seperti perumahan, perdagangan termasuk penyerapan tenaga kerja.
Kepala Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia (BI) Tegal, Bimala mengatakan selain pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah terutama Kabupaten Batang lebih tinggi daripada nasional, deflasi di wilayah ini justru lebih rendah 0,46 persen month to month (mtm) dibanding nasional yang tercatat 0,76 persen mtm.
“Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tegal pada bulan Februari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,49 persen mtm. Sebelumnya atau pada periode Januari 2025 deflasi tercatat 0,48 persen mtm,” ujar Bimala dalam siaran persnya, Senin 17 Februari 2025.
Dari catatan tersebut menjadikan inflasi tahunan Kota Tegal sebesar 1,76 persen yoy atau masih berada dalam target yaitu 2,5 ± 1 persen yoy. Adapun inflasi Kota Tegal sendiri tercatat beberapa kali lebih tinggi daripada Jawa Tengah dan Nasional di 2021 hingga 2023.
Sementara itu pendorong utama laju deflasi bersumber dari perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dikarenakan adanya 50 persen diskon tarif listrik PLN ke pelanggan rumah tangga berdaya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA yang berlaku pada Januari dan Februari 2025. Jadi penentu utama deflasi bulan laporan memiliki andil -1,11 persen mtm.
Bimala menjelaskan tarif listrik wilayah Jawa Tengah mengalami deflasi, sedangkan tarif kereta api Solo dan Wonogiri stabil, sedangkan Semarang, Tegal, Cilacap dan Purwokerto, terdeflasi. Lalu produksi bawang merah yang melimpah di Brebes turut mendorong deflasi pada bulan laporan dengan andil -0,08 persen mtm diikuti tarif kereta api -0,03 persen, mobil -0,03 persen dan ketimun -0,02 persen mtm.
“IHK Kota Tegal sepanjang 2025 diperkirakan akan tetap terjaga pada kisaran target 2,5 persen +1 atau sejalan dengan capaian inflasi 2024 yang terkendali pada angka 2,19 persen. Hal ini didukung membaiknya perkiraan cuaca BMKG di 2025 yang mana El Nino melemah dan berangsur ke kondisi netral serta konsistensi penguatan program GNPIP di tingkat pusat hingga daerah,” paparnya.
Ia menyebut komitmen pemerintah untuk meningkatkan program swasembada pangan diyakini bisa membantu menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produksi komoditas pertanian yang diperkuat juga melalui sinergi pengendalian inflasi berbasis ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif (4K) bersama TPID.
Bimala menuturkan media online memberitakan terdapat 400 hektar lahan bawang merah di Brebes terdampak banjir yang terbesar di Kecamatan Jatibarang, Wanasari, Songgom, Larangan dan Kecamatan Brebes dengan rata-rata usia tanam 5-40 hari.
Setelah dilakukan konfirmasi kepada Dinas dan kelompok tani terkait, total lahan bawang merah terdampak banjir hanya seluas 30 hektar dan genangan banjir cepat surut di hampir sebagian besar lahan sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan.
“Berdasarkan hasil pemetaan produksi yang dilakukan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan di Brebes, produksi bawang merah tetap terjaga surplus untuk memenuhi kebutuhan domestik hingga Maret 2025. Di perkirakan pada Februari 2025 akan surplus 14 ribu ton dan Maret 2025 akan surplus 12 ribu ton,” tutupnya.