PANTURA24.COM, KOTA PEKALONGAN – Hingga November 2024 inflasi di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tegal yang meliputi eks Karesidenan Pekalongan tercatat 0,22 persen month to month (mtm) atau sebesar 1,71 persen year to date (ytd). Inflasi di wilayah BI Tegal itu diketahui lebih rendah dibandingkan rata-rata Jawa Tengah 0,30 persen mtm maupun nasional 0,26 persen mtm.
Kepala Perwakilan BI Tegal, Marwadi mengatakan inflasi 0,22 persen mtm di November 2024 tersebut meningkat tipis dibanding bulan sebelumnya atau Oktober 2024 yang sebesar 0,21 persen mtm. Ia menyebut kenaikan inflasi disebabkan oleh naiknya harga kelompok makanan, minuman dan komoditas sayuran seperti bawang merah serta tomat.
“Komoditas lain yang menyumbang naiknya inflasi di November 2024 adalah emas perhiasan dan daging ayam ras serta tembakau,” ujarnya saat bertemu dengan wartawan di Kota Pekalongan, Senin 9 Desember 2024.
Ia menjelaskan kenaikan harga sejumlah komoditas tersebut mengompensasi periode deflasi yang sempat terjadi selama 3 bulan berturut-turut mulai dari Mei hingga Juli 2024 dimana banyak petani dan peternak mengeluhkan tingkat harga yang jauh di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP).
Selanjutnya bebagai upaya stabilisasi harga dilakukan seperti Gerakan Pangan Murah (GPM), Bela Beli Petani dan serta penguatan sisi hulu dan hilir dari komoditas pangan strategis yang dilakukan oleh BI Tegal sehingga tingkat harga relatif terjaga di kisaran target inflasi.
Selain itu, optimalisasi pemanfaatan cold storage untuk menjaga pasokan bawang merah dan mendorong masyarakat untuk mulainya agar kenaikan harga komoditas tidak terlalu naik tinggi di luar musim panen maupun pada saat kondisi sepi dari pasokan bawang merah.
“Sepanjang 2024 BI Tegal bersama dengan TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) di 7 kabupaten dan kota telah melaksanakan GPM untuk menjaga pasokan dan harga komoditas strategis agar inflasi terjaga,’ katanya.
Tercatat hingga November 2024 BI Tegal bersama TPID sudah menggelar GPM di 180 titik di Eks-Karesidenan Pekalongan. Hal tersebut dilakukan hingga akhir tahun agar saat Natal dan Tahun Baru harga tetap stabil serta ketersediaan pasokan terjaga.
Selanjutnya IHK di wilayah BI Tegal hingga November 2024 diprediksi tetap terjaga pada kisaran 2,5 persen plus satu atau sejalan dengan pengendalian inflasi. Lalu faktor penentu lainnya seperti membaiknya kondisi cuaca yang dilaporkan BMKG terkait El Nino yang dampaknya makin melemah.
“Faktor lainnya juga dipengaruhi oleh masifnya Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di tingkat pusat hingga daerah serta adanya penguatan sinergi pengendalian inflasi berbasis 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) di daerah bersama TPID,” jelas Marwadi.
Dalam paparan singkatnya itu, Marwadi mengungkap ada 9 kabupaten dan kota di Jawa Tengah yang menjadi daerah penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) 2024 dengan urutan inflasi tertinggi Kabupaten Wonogiri 0,47 persen mtm dan Kabupaten Rembang 0,37 persen mtm,
Kemudian dilanjutkan Kabupaten Kudus 0,35 persen mtm, Cilacap 0,30 persen mtm, Wonosobo 0,22 persen mtm, Kota Purwokerto 0,23 persen mtm, kota Tegal 0,22 persen mtm, Kota Semarang 0,22 persen mtm dan Kota Surakarta 0,09 persen mtm.