PANTURA24.COM, KOTA PEKALONGAN – Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Pekalongan menyelenggarakan Rembug Pangan Pesisir 2024. Hasil dari Rembug Pangan Pesisir yang dihadiri langsung oleh Ketua Pembina DPW KNTI Jawa Tengah, Habib Abu Bakar Alatas tersebut rencananya akan dipaparkan di hadapan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada pekan depan di Jakarta.
“Jadi hasil dari Rembug Pangan Pesisir 2024 ini mudah – mudahan ada kesempatan bagi nelayan – nelayan kecil ini merasakan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan, terutama melalui program makan bergizi gratis,” ujarnya di Aula Gedung Teknopark, Sabtu 7 Desember 2024.
Ia ingin agar pelaksanaan program makan bergizi gratis turut melibatkan nelayan kecil setempat untuk bisa memasok bahan baku ikan segar yang didapat dari hasil melaut, termasuk ikut mengelola hasil olahan ikan menjadi salah satu menu sehat program tersebut.
Selain itu pihaknya juga berharap pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) memberikan mendukung keterlibatan kepada nelayan kecil dalam upaya meningkatkan pendapatan atau nilai tambah dari hasil tangkapan mereka.
“Mungkin dukungan kepada anggota pelaku perikanan berupa pelatihan, pendampingan termasuk peralatan atau infrastruktur dalam mengolah hasil tangkapan menjadi produk yang memiliki nilai tambah,” katanya.
Sementara itu Kepala DKP, Sugiyo menyebut potensi perikanan laut dan budidaya di Kota Pekalongan sangat besar. Jadi memang nelayan ini selain menangkap ikan juga harus bisa mengelola hasil tangkapan yang punya nilai tambah. Termasuk nanti bisa memasarkan hasil produknya.
“Saya baru saja dihubungi oleh Direktorat Penguatan Daya Saing bahwa salah satu menu yang harus disertakan dalam program makan bergizi gratis itu bersumber dari ikan. Oleh karena itu nelayan nanti bisa support ke salah satu menu tersebut,” bebernya.
Ia pun bersedia membantu menawarkan, siapa tahu nantinya dari kelompok nelayan atau perkumpulan nelayan ada yang bisa ikut mengelola program makan siang gratis. Misalnya saja ada kuota yang diserahkan ke nelayan untuk bisa dikelola.
“Salah satu semangat dari pak presiden kan kenapa harus ikan, Kenapa susu ikan. Karena sekali lagi ikan itu nilai proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan sumber makanan lain,” jelasnya.
Sugiyo memaparkan alasan ikan menjadi salah satu menu program makan siang gratis dilatarbelakangi angka kekurangan gizi masyarakat Indonesia yang mencapai 21 juta orang dari total populasi atau 7 persen jumlah penduduk.
Kemudian produksi ikan di Indonesia sangat melimpah mencapai 15,52 juta ton pertahun atau nokor dua terbesar di dunia baik itu hasil perikanan tangkap maupun budidaya dan produksi di Kota Pekalongan ada 10 ribu ton lebih di 2024, angka tersebut menurun dibanding 2017 yang mencapai 20 ribu ton.
“Sayangnya angka konsusmsi ikan kita hanya 34,67 kg perkapita, tergolong rendah dibanding rata-rata nasional yang mencapai 62,5 kg,” sebutnya.