PANTURA24.COM, PEKALONGAN – Puluhan tahun menjadi warga miskin di Desa Sambiroto, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan dijalani keluarga Casriyah (40) dengan penuh kesabar. Meski hidup serba kurang dan tidak diprioritaskan jadi penerima bantuan sosial namun perlakuan tersebut tetap dilakoni dengan lapang dada.
“Satu-satunya bantuan sosial yang saya terima adalah beras dari pemerintah, namun sejak November 2024 dihentikan menjadi penerima manfaat,” ungkapnya kepada pantura24.com, Selasa 3 Desember 2024.
Ia mengaku tidak tahu alasan dibalik penghentian dirinya sebagai penerima bantuan beras. Sebagai warga miskin, keluarganya seperti tidak mendapatkan perhatian atau kepedullian dari pemerintah.
Tidak hanya itu, dirinya juga menjadi satu-satunya warga Desa Sambiroto yang tidak memiliki MCK (Mandi Cuci Kakus). Sudah dua kali keluarganya mengajukan bantuan jamban ke pihak desa akan tetapi tidak ada kejelasan.
“Dua kali pergantian kepala desa, tak satupun yang bisa mewujudkan bantuan jamban, di era sebelumnya sudah pernah disurvei bahkan di foto namun tidak ada tindak lanjut,” katanya.
Untuk mengatasi kesulitan Buang Air Besar (BAB) terpaksa harus ke sungai atau saluran irigasi yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah. Adapun kondisi MCK hanya ada sumur dan tempat mandi terbuka yang hanya ditutup sepanduk bekas.
“Terkadang kalau malam mau BAB terpaksa dialirkan ke saluran buang yang dibuat sendiri di halaman rumah. Kami sekeluarga sebenernya risih dan malu namun mau bagaimana lagi karena belum bisa membangun WC sendiri,” jelasnya.
Casriyah menyebut pekerjaan suaminya yang serabutan sering tak cukup untuk menghidupi keluarga. Ia hanya bisa berharap pemerintah mau membantu pembuatan jamban keluarga.