Paslon nomor urut 02 unggul di Hitung Cepat disebut sebagai realitas pilihan politik masyarakat Indonesia oleh Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, Rabu (14/2).
PANTURA24.COM, Jakarta, – Hitung cepat pasangan Prabowo-Gibran unggul sementara dibanding dua kandidat lain. Meski data sejumlah lembaga survei baru masuk 80 persen namun kemenangan sudah bisa diprediksi.
Ketua Umum Gerakan Sekali Putaran (GSP) M. Qodari, melihat hasil quick count di semua lembaga survei yang kredibel, bisa dipastikan Prabowo-Gibran sudah memenangi kompetisi di Pilpres 2024 sekali putaran di angka 58 persen.
“Jadi hasil quick count ini kan sudah 80 persen kalau melihat angka itu sih menurut saya tidak akan berubah ya, bahwa Prabowo-Gibran akan menang sekali putaran dengan angka sekitar 58 persen”, ujarnya seperti dikutip, Rabu (14/2/2024).
Menurut dia, pilpres sekali putaran bisa terealiasi dengan syarat paslon mengantongi suara lebih dari 50 persen dan sebaran suara sedikitnya 20 persen di tiap provinsi serta tersebar lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia.
Diketahui, aturan pilpres bisa berlangsung satu atau dua putaran tertuang dalam Pasal 6A ayat (3) dan (4) UUD Tahun 1945. Dalam konteks itu, pihaknya meyakini setelah melihat hasil quick count, paslon nomor urut 02 itu memenuhi syarat untuk menang dalam sekali putaran.
“Kembalikan saja aturan konstitusi dan aturan undang-undang. Yang jelas saya yakin syarat 50 persen terpenuhi dan syarat mendapatkan suara minimal 20 persen di separuh provinsi juga akan terpenuhi,” katanya.
Ia menyebut berdasar pengalaman dari penyelenggaraan pilpres sebelumnya, hasil quick count tidak akan jauh berbeda dengan hasil real count yang akan dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Lebih dari itu, hasil hitung cepat semua lembaga survei menunjukkan Prabowo-Gibran unggul jauh.
“Kita kan sudah di pilpres dan quick count dari 2004, jadi sudah 4 kali dan semuanya terbukti benar serta akurat. Jadi saya melihat tidak ada alasan akan berbeda pada kali ini, apalagi hasil dan jumlah lembaga survei banyak sehingga ini akan benar,” yakinnya.
Qodari bersyukur sebagai orang yang pertama kali menggelorakan gerakan pilpres sekali putaran ini bisa terwujud, walaupun ada pro dan kontra, tapi pada hari ini gagasan itu terbukti nyata. GSP sudah disuarakan sejak November 2023.
“Saya mengatakan hal ini karena sudah biasa melihat data, saya melihat pada akhir Oktober ketika Prabowo-Gibran berpasangan itu angkanya sudah menunjukkan potensi sekali putaran dan ternyata pada hari ini betul terjadi,” bebernya.
Direktur Eksekutif Indo Barometer itu mengungkap tiga alasan tercapainya GSP.
Pertama, pengaruh sosok Presiden Joko Widodo yang memiliki tingkat kepuasan 80 persen dalam memberikan dukungannya kepada Prabowo-Gibran.
“Pengaruh Jokowi begitu besar di pilpres kali ini di mana tingkat ketidakpuasan itu hanya 20 persen. Yang tidak puas itu ke Mas Anies, yang puas tadinya ke ganjar lalu bergeser ke Prabowo dan Mas Gibran,” tukas Qodari.
Alasan kedua karena Ganjar dan PDI Perjuangan kerap menyerang Jokowi dan membuat relawan serta pendukung mengalihkan dukungannya dari Ganjar ke Prabowo.
“Karena selalu nyerang Pak Jokowi, akhirnya pecinta atau simpatisan melarikan suaranya ke Prabowo. Dan kalau melihat gabungan suara Prabowo dan Mas Ganjar itu kan sekitar 75 persen, jadi gak jauhlah tingkat kepuasan 80 persen itu,” paparnya.
Alasan ketiga aksi dari relawan GSP yang bergerak di seluruh Indonesia mendapat sambutan positif dari masyarakat luas, ditambah gagasan ini juga turut didukung oleh elit partai, para relawan dan berbagai elemen lainnya.
“Alhamdulillah dukungan kepada GSP ini atau pilpres sekali putaran itu luas dan semakin meningkat. Kita lihat bagaimana terakhir survei dari Lingkaran Survei Indonesia dan lembaga-lembaga lain angkanya mencapai 80 persen,” sebutnya.
Qodari menyampaikan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran sekali putaran adalah realitas suara mayoritas masyarakat yang ingin Pilpres 2024 ini selesai sampai 14 Februari saja. Jadi diterima saja sebagai realitas dan tentunya tetap menunggu hasil resmi dari KPU namun lihat pengalaman sebelumnya akan ketahuan hasilnya.
“Karena ini realitas pilihan politik masyarakat Indonesia, maka jangan di-frame pakai imajinasi, pakai fiksi atau imajinasi politik yang keluar dari realitas politik masyarakat Indonesia. Rakyat pemilik mandat kekuasaan tertinggi akan marah dan bisa berhadapan dengan mereka,” urainya
Ia pun berharap setelah kontestasi ini selesai semuanya kembali bersatu dan mau lakukan rekonsiliasi nasional. Dan pesan bagi politisi dan para kandidat, diterima saja sebagai kehendak masyarakat dan bila kemudian macam-macam maka bisa berhadapan dengan rakyat.
“Jadi saya kira ikhtiar rekonsiliasi itu sangat relevan dan sangat penting pada hari ini mudah-mudahan bisa rekonsiliasi secepatnya elit partai politik termasuk para paslon demi kebaikan bangsa dan negara,” katanya.
Apalagi dalam waktu dekat masyarakat Indonesia akan menyambut bulan puasa dan Idul Fitri sehingga menjadi momentum yang pas untuk melakukan rekonsiliasi nasional dan melanjutkan kehidupan dan melanjutkan pembangunan.
“Ini transisi yang sangat bagus karena para pelaku usaha dan masyarakat bisa kembali melanjutkan apa yang sudah dikerjakan karena insya Allah tidak ada perubahan besar dengan menangnya 02 ini, mereka kredonya melanjutkan Pak Jokowi,” tandasnya. (*)