Muncul isu capres nomor urut 02 Prabowo korupsi pengadaan pesawat Mirage 2000-5 dari Qatar senilai 55,4 juta dolar AS yang dananya digunakan untuk membiayai kampanye Pilpres 2024, isu tersebut langsung dibantah akun Forum Militer dan tim pembela Prabowo-Gibran, Yusril Ihza Mahendra, Sabtu (10/2).
Pantura24.com, Jakarta – Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto diterpa isu tak sedap menjelang hari pencoblosan. Kandidat capres yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu dituduh korupsi pengadaan pesawat Mirage 2000-5 dari Qatar senilai 55,4 juta dolar AS yang digunakan untuk mendanai kampanye di Pilpres 2024.
Kabar yang dinilai kubu 01 sebagai hoax itu pertama kali dihembuskan oleh akun X atau Twitter Pocitetepwibu @_P0c1_1mOeTWibu berupa unggahan dokumen dan disebarkan ke akun-akun yang terafiliasi dengan paslon 03 Ganjar-Mahfud lalu dikutip oleh berbagai media di dalam negeri.
Tidak hanya itu, media asing MSN ‘Indonesia Prabowo Subianto EU Corruption Investigation’
sempat mengangkat berita tersebut meski akhirnya dihapus. Isu miring itu langsung dibantah akun Forum Militer @tweetmiliter yang kerap membahas masalah militer, keamanan dan pertahanan.
“Ini lagi, lemot ah kyk internet gratisan Barang yg diomongin aja ga ada bentuknya di Indonesia, blm lg sintaks kalimat bahasa Inggris di “telegram rahasia” yg tdk terlihat spt sintaks American English,” cuit @tweetmiliter di Twitter/X yang dikutip, Sabtu (10/2/2024).
Akun tersebut meminta masyarakat tidak gampang percaya dengan isu-isu negatif menjelang proses pemungutan suara yang tinggal tiga hari ke depan di mana posisi Prabowo bersama Gibran Rakabuming Raka memiliki elektabilitas tertinggi dibanding dua kompetitornya.
“Hati2 ya menjelang hari H pencoblosan, banyak disinformasi berkeliaran,” tulisnya.
Akun @tweetmiliter juga mengungkapkan adanya kejanggalan dari dokumen itu dan diduga hasil rekayasa Prabowo korupsi tersebut dilihat dari dua perbandingan dokumen yang ada. Dokumen pertama adalah naskah diplomacy cable dari Wikileaks yang dijadikan bahan hoax.
Kemudian, akun @tweetmiliter membuka dua data tersebut sebagai pembanding kuat bahwa konten yang diciptakan netizen itu adalah informasi palsu atau disinformasi.
“Ada temuan menarik mengenai “diplomatic cable” ini. Coba bandingkan 2 diplomatic cable yg terpisah hampir 15 tahun ini. Banyak sekali kesamaan kata2 di dalamnya, terutama di bagian yg dilingkari,” jelasnya.
Di sisi lain, akun @tweetmiliter juga menilai hal yang aneh bila memang data rahasia yang itu asli, mengapa bisa sampai bocor menjelang pencoblosan Pemilu 2024.
“Lagi pula diplomatic cable tertanggal 25 Januari 2024 bisa bocor 6 hari menjelang pemilu? Impeccable timing + yg bocorin lebih jago dari Snowden,” bebernya.
Terpublikasinya kabar yang belum tervalidasi kebenarannya itu juga dibantah oleh Ketua Tim Pembela Prabowo-Gibran, Yusril Ihza Mahendra yang dengan tegas mengatakan berita itu tidak benar.
“Berita tersebut adalah hoaks terbesar yang dilakukan media asing menjelang pencoblosan tanggal 14 Februari. Berita hoaks itu adalah sebuah pembusukan politik,” sebut Yusril dalam keterangannya.
Ia menegaskan pembelian pesawat Mirage 2000-5 bekas milik Qatar tersebut tidak pernah dilaksanakan. Alasannya karena keterbatasan anggaran negara.
Yusril yang juga Ketua Umum PBB tersebut juga menuturkan perjanjian telah disepakati tetapi pemerintah tidak jadi membeli pesawat bekas tersebut.
“Tidak ada penalti apapun kepada Pemerintah RI akibat dari pembatalan itu,” kata Yusril menegaskan.
Sebelumnya Qatar ingin Indonesia membeli pesawat bekas tersebut secara tunai. Kemudian melalui Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh Prabowo tak mampu membeli tunai dan ingin melunasinya cara utang.
“Namun karena keterbatasan anggaran kita, pembelian dengan cara utang itu pun akhirnya batal dilaksanakan,” terang Yusril.
Ia pun mempertanyakan penulis berita tersebut yang tidak kredibel. Yusril menilai sang penulis yaitu Jhon William tidak memiliki kapabilitas dan kepercayaan. Karena sebelum menyebut nama Prabowo, seharusnya memeriksa pemerintah Qatar terlebih dahulu.
“Pemberitaan dari media mainstream di luar negeri ternyata tidak ada,” kata Yusril.
Dia menduga isu yang dimunculkan agar elektabilitas Prabowo merosot jelang pemilihan pada 14 Februari 2024 karena berpotensi menang dengan sekali putaran.
“Tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran kini begitu tinggi, pasangan ini diprediksi akan menang. Karena itu pembusukan politik mulai diembuskan untuk merusak kredibilitas Prabowo,” tandasnya (*)