Elektabilitas Capai 50,5 Persen, New Indonesia Research & Consulting Meyakini Prabowo – Gibran Berpeluang Besar Menang Satu Putaran

Pasangan nomer urut dua Prabowo-Gibran diyakini bakal menang dalam satu putaran setelah hasil survai New Indonesia Research & Consulting menunjukkan elektabilitas pasangan yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) mencapai 50,5 persen, Sabtu (9/12).

Pantura24.com, Jakarta – Hasil survei New Indonesia Research & Consulting memperlihatkan pasangan nomor urut dua Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka masih bertengger di atas dua pesaingnya. Prabowo-Gibran unggul jauh dengan raihan elektabilitas 50,5 persen dalam simulasi tiga pasang capres-cawapres.

Pasangan nomer urut tiga Ganjar Pranowo – Mahfud MD tertinggal 26,0 persen dan pasangan nomer urut satu Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar berada diurutan terakhir dengan elektabilitas hanya 15,3 persen. Sementara sisanya tidak menjawab atau tidak tahu sebesar 8,2 persen.

Bacaan Lainnya

“Dengan elektabilitas tembus 50,5 persen, maka pasangan Prabowo-Gibran diprediksi bakal menang dalam satu putaran,” ujar Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono seperti dikutip keterangannya, Sabtu (9/12/2023).

Ia mengatakan telah terjadi perubahan yang signifikan dalam rentang tiga bulan terakhir, atau sebelum peta kontestasi Pilpres 2024 mengerucut ke tiga pasangan. Pada survei bulan September, elektabilitas Prabowo belum mencapai 40 persen dalam simulasi tiga nama capres.

Kemudian setelah dipasangkan dengan Gibran yang merupakan putra sulung Presiden Jokowi, dukungan terhadap Prabowo langsung naik tajam. Sebaliknya, elektabilitas Ganjar dan Anies merosot lagi di simulasi banyak nama capres.

“Pemilihan figur cawapres lebih banyak mendongkrak elektabilitas Prabowo, alih-alih Ganjar maupun Anies. Majunya Gibran berpasangan dengan Prabowo mempertegas sikap Jokowi dengan mengarahkan dukungan kepada pasangan nomor urut dua,” ucap Andreas.

Sebelumnya, arah politik Jokowi masih terkesan abu-abu, meskipun cenderung mendukung Prabowo, mantan rival dua kali pemilu yang kini bergabung ke dalam pemerintahan dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

Keinginan Jokowi untuk menggabungkan sosok Prabowo dengan Ganjar kandas, seiring mengkristalnya sikap PDIP untuk mengusung capres-cawapresnya sendiri.

“Ganjar yang sebelumnya didukung Jokowi lebih memilih bersikap loyal terhadap partai,” lanjut Andreas.

Jokowi, kata Andreas, menginginkan sebuah kepemimpinan nasional usai dirinya tidak lagi menjabat dengan bisa menjamin keberlanjutan program.

“Berbeda dengan sikap Jokowi yang mampu menjaga independensi, Ganjar lebih banyak tunduk atau bertindak patuh layaknya petugas partai,” jelas Andreas.

Bukan tidak mungkin, sambungnya, warisan program Jokowi akan dihitung ulang dengan berdasarkan sikap partai-partai pengusung, dan Ganjar hanya akan mengikuti garis partai ketimbang bertindak dengan wawasannya sendiri.

“Lebih-lebih dengan kubu Anies yang sejak awal menggaungkan perubahan, meskipun kini wacananya pelan-pelan meredup,” terang Andreas.

Koalisi Perubahan yang menjadi pengusung Anies kini didominasi partai-partai dari pemerintah, setelah Demokrat bergabung mendukung Prabowo. Makin tegasnya arah dukungan Jokowi juga membangkitkan reaksi sangat keras dari kubu PDIP dan Ganjar.

“Serangan mulai dari soal politik dinasti, pengkhianatan keluarga Jokowi, hingga kebijakan pemerintah terus dilancarkan oleh elite PDIP bersama koalisinya,” beber Andreas.

Perpecahan antara Jokowi dan PDIP pun tak terhindarkan, setelah keduanya pernah seiring sejalan sejak Jokowi menjabat walikota Solo pada 2005 silam.

“Dukungan Jokowi terhadap Prabowo juga memanaskan hubungan PDIP dan Gerindra yang naik turun sejak 2009,” tutur Andreas.

Sebagai sesama oposisi terhadap kubu pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, PDIP berkoalisi dengan Gerindra pada Pilpres 2009 dan Pilkada DKI Jakarta 2012. Keduanya pecah dan berhadap-hadapan pada dua kali pemilu, yaitu 2014 dan 2019.

Rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo dibuktikan dengan bergabungnya Gerindra ke dalam pemerintahan. Kini dengan ketegangan antara Jokowi dan PDIP, praktis Gerindra kembali berseberangan dengan PDIP dalam konstelasi Pilpres 2024.

“Prabowo-Gibran telah menjadi pasangan yang dinilai paling mampu mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045,” tuntas Andreas.

Diketahui, Survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 25-30 November 2023 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *