Pantura24.com, Pekalongan – Keluarga santri korban perundungan dan pengeroyokan oleh 14 teman serta seniornya di Ponpes Muhammadiyah Boarding School (MBS) Assalam, Kabupaten Pekalongan kukuh menolak damai. Penolakan tersebut ditegaskan ibu korban, Ch(45) saat ditawari mediasi dengan keluarga pelaku.
“Saya tegas menolak tawaran itu. Saya memilih lanjut perkaranya,” ujarnya Jum’at (6/10/2023).
Ia menyebut setelah kejadian pengeroyokan itu tak pernah ada satu pun pihak keluarga pelaku mau datang baik-baik dan meminta maaf. Atas dasar itulah keluarga memutuskan untuk menutup pintu damai.
Selain itu awalnya pihak keluarga juga merasa seperti disepelekan oleh keluarga pelaku yang seolah tindakan brutal seperti itu dibenarkan dan tak ada rasa empati kepada korban beserta keluarganya.
Chusnul mengungkapkan kasus yang menimpa anaknya masih berproses di kepolisian dan dengan ketegasan menolak tawaran mediasi itu perkaranya kini masuk dalam ranah penyelidikan.
“Hari ini kami dipanggil lagi oleh penyidik sekaligus untuk menyerahkan barang bukti,” ungkap Chusnul.
Diberitakan sebelumnya seorang santri di Ponpes MBS Assalam, Kajen, Pekalongan menjadi korban perundungan dan pengeroyokan oleh 14 kakak seniornya.
Kasus tersebut mencuat pada Sabtu (9/9/2023) setelah keberadaan korban yang sudah babak belur berhasil diselamatkan oleh keluarga ke IGD terdekat. Pihak keluarga berinisiatif melakukan visum kemudian melapor ke polisi.(*)