Pantura24.com, Pekalongan – Seorang santri berinisial RN (14) menjadi korban penganiyaan sembilan teman santri lainnya di ponpes yang ada di Kecamatan Wonopringgo. Santri tersebut merupakan warga Desa Podosari, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan.
“Peristiwanya berlangsung pada April 2023 lalu dan sudah dilaporkan ke polisi, namun hingga sekarang belum ada perkembangannya sama sekali,” ungkap Natalia (45), ibu korban, Selasa (3/10/2023).
Ia mengungkap kronologi pengeroyokan anaknya terjadi di lingkungan ponpes saat bulan puasa. Sebelum dikeroyok, anaknya kehilangan sejumlah pakaian setelah ditinggal pulang saat libur.
Saat kembali masuk pondok baru disadari beberapa pakaiannya hilang. Sempat ditanyakan ke santri yang lain tidak ada yang mau mengakui.
“Anak saya lalu memeriksa satu persatu almari para santri dan akhirnya menemukan dua pakaiannya lalu diambil. Namun baju hilang lainnya tidak ditemukan. Malamnya tiba-tiba anak saya dipanggil santri senior serta pengurus pondok dan dituduh telah mencuri pakaian serta uang,” papar Natalia.
Tanpa diberikan kesempatan menjelaskan, anak saya dibawa ke dapur oleh santri senior dan pengurus pondok lalu dicecar. Setelah itu dipukuli, ditendang dan rambutnya digunduli.
Setelah puas memberlakukan anaknya dengan kejam, menjelang sahur anak saya diminta masuk pondok karena ada kegiatan mengaji. Setelah selesai tiba-tiba anak saya diminta masuk ke kamar lalu lampu dimatikan.
“Saat gelap itu anak saya dikeroyok selama beberapa menit dan saat lampu kembali dinyalakan anak saya sudah babak balur padahal saat itu anaknya juga kehilangan uang Rp 50 ribu di almarinya,” bebernya.
Setelah kejadian pengeroyokan tersebut korban tidak masuk kelas lantaran khawatir alan menjadi pertanyaan guru maupun pengurus pondok sehingga lebih memilih tidur sambil memikirkan untuk pulang ke rumah dan melaporkan peristiwa yang dialami.
“Menjelang siang anak saya pulang diam-diam dari pondok dengan kondisi babak belur dan kepala gundul,” tutur Natalia.
Seisi rumah kaget dan syok melihat kondisi anaknya lalu setelah diobati peristiwa yang dialami pun diceritakan. Lalu melaporkan kejadian pengeroyokan ke Polsek Wonopringgo.
“Sebelumnya visum dulu ke RSUD Kajen, baru setelah itu lapor polisi. Pengakuan anak saya dikeroyok oleh sembilan orang pondok,” ujarnya.
Natalia mengaku setelah melapor ke polsek hingga dilimpahkan ke Polres Pekalongan dirinya tidak pernah diberi tahu perkembangan kasus yang menimpa anaknya.